Sabtu, 29 April 2017

Kisah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016

Kisah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016
Oleh : Nurhayati


Peneliti dari London University, Robert Dick-Read, membuka mata dunia atas kehebatan pelaut-pelaut nusantara yang telah menguasai perairan dan tampil sebagai penjelajah samudera sejak 1.500 tahun lampau. Ini jauh sebelum Chang Ho dan Colombus membuat sejarah pelayaran fenomenal. Para penjelajah laut nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia, bahkan sebelum kedatangan orang-orang Eropa ke tanah air pada paruh pertama abad XVI.
Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, dan China. Masa kehebatan itu pernah kita rasakan dan terus menjadi tanggungjawab kita dalam menjaga kekokohan maritim nusantara. (maritimemagz.com, 23 Juli 2016)
Kisah ini bermula ketika saya mengirim semua berkas untuk menjadi calon peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016 melalui kapal perintis. Program ENJ merupakan salah satu program yang di koordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Maritim Republik Indonesia. Semua berkas saya kirim mendekati deadline yang telah di tentukan panitia. Sebelumnya saya tidak berniat mendaftar ENJ tahun ini, di karenakan bayangan keberangkatan (pengabdian) ENJ tepat pada saat awal semester. Saya takut jadwal kuliah terganggu yang kegiatannya lebih kurang 15 hari itu. Karena ketakutan itu saya mengurungkan niat untuk mendaftar ENJ.
Itu lah rezeki, mendekati deadline entah apa yang terbisik hingga hati saya mengatakan untuk mendaftar. Karena sudah yakin, akhirnya saya mendaftar dan disini lah cerita itu di mulai.
Setelah saya kirimkan berkas lewat e-mail ke panitia. Saya pun mulai melupakan event yang saya coba itu. Entah kenapa saya merasa tidak akan terpilih menjadi bagian ENJ 2016. Dengan begitu, kembali sibuk dengan kegiatan kampus dan lain sebagainya. Beberapa minggu kemudian, hasil pengumuman di web resmi ENJ (www.maritim.go.id) pun keluar. Di daftar peserta ENJ yang lulus tidak ada nama saya, hanya saja ada di deretan cadangan. Yakni di bawah nama peserta yang resmi lulus tersebut. “Ya sudah, memang bukan rezeki. Menjadi cadangan kemungkinan kecil bisa jadi peserta,” pikir singkat.
Waktu pun berlalu. Saya tidak lagi memikirkan hal tersebut. Berselang beberapa minggu, saya baru menyadari kalau saya sudah di masukkan ke dalam grup WhatsApp ENJ Chapter Aceh. Dari situ saya baru tau bahwa saya dan beberapa teman cadangan lainnya di satukan dalam satu grup, kemudian di beritahukan bahwa kami juga lulus jadi peserta ENJ Umum Chapter Aceh. Yang tergabung dalam peserta umum adalah mereka yang universitasnya tidak di undang oleh pihak pusat. Di Aceh hanya Unsyiah yang di undang oleh pusat, selebihnya tidak. Karena itu, yang lulus selain mahasiswa unsyiah akan di masukkan ke peserta umum, katanya itu prosedur dari pusat.
Saya dan 14 teman ENJ lainnya berangkat ke Desa Gugop, Pulo Aceh, Kecamatan Aceh Besar, Pov. Aceh. Disitulah selama beberapa hari kami menikmati suasana baru sebagai generasi maritim. Melihat dan menempa diri dengan mengenal laut serta ke anekaragaman hayati yang ada di pulau tersebut. Melakukan kegiatan-kegiatan positif bersama warga dan anak-anak di tempat tersebut. Pulo Aceh tepatnya di Pulo Breuh, salah satu pulau yang ada di Pulo Aceh.
Dalam perjalanan kali itu banyak hal yang saya pribadi dapatkan. Dari kebingunan bagaimana keadaan tempat tinggal, tempat ibadah, makan, mandi  dan kerisauan lainnya. Itu wajar di rasakan ketika kita berada di suatu daerah yang asing bagi kita. Itu bagian baru yang harus saya nikmati, karena saya sudah memilih dan sudah berjanji untuk siap menjadi generasi maritim selanjutnya.
Hari pertama kami di sana mendatangi rumah Pak Geuchik Desa Gugop dan menyapa masyarakat setempat. Melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat dan anak-anak yang sering main ke tempat kami tinggali sejak semalam. Mungkin karena wajah kami baru bagi mereka, jadi mereka mencoba mendekatkan diri dengan orang-orang yang ada di sekitar sekalipun orang itu asing bagi mereka.
Hari selanjutnya, kami berkunjung ke SD yang ada di Desa Gugop. Disini kami mencoba menjadi teman dekat, kakak, abang, dan saudara mereka. Kami mengajaknya bermain, agar dengan leluasa mereka mau berkomunikasi apa adanya. Mengenalkan desa yang mereka tinggali yang kaya akan keindahan laut dan keasrian udaranya. Di tempat yang selama ini mereka mengais kehidupan, salah satu tempat keajaiban Sang Pencipta yang pantas di syukuri.
Di samping itu, sebagai generasi Indonesia yang baik mereka juga harus mampu menjaga dan melestarikan budaya mereka dengan sebaik-baiknya. Serta mampu memperkenalkan budaya dan adat istiadat mereka kepada orang lain yang tidak terlahir sebagai anak-anak pesisir seperti mereka.
Kegiatan kami selanjutnya, mengajak mereka belajar menjaga lingkungan hidup agar lingkungan sehat bisa mereka nikmati. Sebagai generasi pesisir mereka di wajibkan untuk selalu menjaga keindahan laut, agar biota di laut terasa aman dan nyaman untuk terus tinggal di tempat tersebut. Tak hanya sampai di situ, kami mengajak mereka membersihkan bibir-bibir pantai di sepanjang Desa Gugop. Kemudian sampah-sampah yang sudah terkumpulkan itu kami racik dengan berbagai keahliaan yang mereka miliki hingga melahirkan kreasi-kreasi baru dari barang-barang bekas tersebut.
Ternyata anak-anak pesisir juga punya skil yang luarbiasa seperti anak-anak elit di kota-kota. Itu terlihat dari berbagai jenis hasil kerajinan tangan dari barang-barang bekas tersebut. Mereka juga punya bakat yang jika di asah akan menjadi peluang besar untuk kemajuan masyarakat pesisir sendiri. Hanya saja, posisi mereka tidak seperti anak-anak lainya yang ada di kota. Keterbatasan dan kekuarangan fasilitas adalah hal utama yang harus mereka terima. Entah apa penyebabnya, mereka menjadi bagian dari generasi Aceh khususnya yang terabaikan di bandingkan dengan generasi yang berada di kota atau dekat dengan kemajuan lainnya. Di samping itu kami juga mengajak mereka belajar sambil bermain. Mengajarkan mereka tentang kewarganegaraan, kesehatan, pengetahuan umum yang mampu memberikan informasi baru bagi mereka.
Di samping kami mengajarkan mereka, kami juga banyak belajar hal baru dari mereka maupun apa yang ada di desa mereka. Salah satunya adalah tentang transportasi yang bisa di akses dari Banda Aceh ke Pulo Aceh, maupun sebaliknya. Melalui Boat Ikan nelayan ini lah satu-satunya transportasi yang bisa di gunakan sebagai angkutan umum bagi mereka.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, dalam seminggu Boat tersebut tidak ada akses pada hari Jumat, hari tersebut di liburkan. Bayangkan, ketika kita mendadak harus ke Banda Aceh, tetap saja niat itu harus di urangkan. Karena tidak ada transportasi yang berjalan. Di hari lainnya, jika kita dari Desa Gugop hendak ke Banda Aceh, maka transportasi itu hanya bisa di akses saat pagi hari (sekitaran jam 07.00 Wib, paling telat jam 07.20 Wib), dan kembali pulang pada saat siang hari. Begitu setiap harinya yang terjadi. Jarak yang harus di tempuh selama dua jam ini, cukup membuat kita risau bagi kita yang jarang naik boat maupun kapal laut. Tidak bagi mereka yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Transportasi yang satu ini sangat menekankan kedisplinan. Kalau saja kita telat maka kita akan ketinggalan transportasi. Konsekuensinya kita harus menunggu boat selanjutnya (tapi jarang ada), kalau tidak tidak ada otomatis kita baru bisa berangkat besok pagi.
Setelah beberapa hari tinggal di desa tersebut, kami pun kembali ke Banda Aceh. Apa yang saya pribadi rasakan dan dapatkan selama kegiatan ENJ merupakan bagian dari proses belajar untuk menjadi generasi Aceh khususnya yang paham akan budaya dan keajaiban-keajaiban yang Allah ciptakan hingga hari ini masih saya rasakan. Terimakasih teman, sudah memberikan pengalaman baru dalam hidup ini!


~~~Selesai~~~





Bagikan

Jangan lewatkan

Kisah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
17 Juni 2017 pukul 22.56

halo salam kenal, saya nandi, peserta enj 2017. baru dinyatakan lulus sih, grup whatsapp juga blm ada. saya mau nanya2 mbak boleh? disana kegiatannya ngapain aja sih? apa yg kita persiapkan dari kota keberangkatan? boleh minta share ilmunya ya.. hehe. salam

Reply