Kisah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016
Oleh : Nurhayati
Peneliti
dari London University, Robert
Dick-Read, membuka mata dunia atas kehebatan pelaut-pelaut nusantara yang telah
menguasai perairan dan tampil sebagai penjelajah samudera sejak 1.500 tahun
lampau. Ini jauh sebelum Chang Ho dan Colombus membuat sejarah pelayaran
fenomenal. Para penjelajah laut nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia,
bahkan sebelum kedatangan orang-orang Eropa ke tanah air pada paruh pertama
abad XVI.
Puncak
kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478). Di
bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada Majapahit berhasil
menguasai dan mempersatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke
negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India,
Filipina, dan China. Masa kehebatan itu pernah kita rasakan dan terus menjadi
tanggungjawab kita dalam menjaga kekokohan maritim nusantara. (maritimemagz.com,
23 Juli 2016)
Kisah
ini bermula ketika saya mengirim semua berkas untuk menjadi calon peserta
Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016 melalui kapal perintis. Program ENJ
merupakan salah satu program yang di koordinasikan oleh Kementerian Koordinator
Bidang Maritim Republik Indonesia. Semua berkas saya kirim mendekati deadline yang telah di tentukan panitia.
Sebelumnya saya tidak berniat mendaftar ENJ tahun ini, di karenakan bayangan
keberangkatan (pengabdian) ENJ tepat pada saat awal semester. Saya takut jadwal
kuliah terganggu yang kegiatannya lebih kurang 15 hari itu. Karena ketakutan
itu saya mengurungkan niat untuk mendaftar ENJ.
Itu
lah rezeki, mendekati deadline entah
apa yang terbisik hingga hati saya mengatakan untuk mendaftar. Karena sudah
yakin, akhirnya saya mendaftar dan disini lah cerita itu di mulai.
Setelah
saya kirimkan berkas lewat e-mail ke
panitia. Saya pun mulai melupakan event
yang saya coba itu. Entah kenapa saya merasa tidak akan terpilih menjadi bagian
ENJ 2016. Dengan begitu, kembali sibuk dengan kegiatan kampus dan lain
sebagainya. Beberapa minggu kemudian, hasil pengumuman di web resmi ENJ (www.maritim.go.id) pun
keluar. Di daftar peserta ENJ yang lulus tidak ada nama saya, hanya saja ada di
deretan cadangan. Yakni di bawah nama peserta yang resmi lulus tersebut. “Ya sudah, memang bukan rezeki. Menjadi
cadangan kemungkinan kecil bisa jadi peserta,” pikir singkat.
Waktu
pun berlalu. Saya tidak lagi memikirkan hal tersebut. Berselang beberapa
minggu, saya baru menyadari kalau saya sudah di masukkan ke dalam grup WhatsApp
ENJ Chapter Aceh. Dari situ saya baru tau bahwa saya dan beberapa teman
cadangan lainnya di satukan dalam satu grup, kemudian di beritahukan bahwa kami
juga lulus jadi peserta ENJ Umum Chapter Aceh. Yang tergabung dalam peserta
umum adalah mereka yang universitasnya tidak di undang oleh pihak pusat. Di Aceh
hanya Unsyiah yang di undang oleh pusat, selebihnya tidak. Karena itu, yang
lulus selain mahasiswa unsyiah akan di masukkan ke peserta umum, katanya itu
prosedur dari pusat.
Saya dan 14 teman ENJ lainnya
berangkat ke Desa Gugop, Pulo Aceh, Kecamatan Aceh Besar, Pov. Aceh. Disitulah
selama beberapa hari kami menikmati suasana baru sebagai generasi maritim. Melihat
dan menempa diri dengan mengenal laut serta ke anekaragaman hayati yang ada di
pulau tersebut. Melakukan kegiatan-kegiatan positif bersama warga dan anak-anak
di tempat tersebut. Pulo Aceh tepatnya di Pulo Breuh, salah satu pulau yang ada
di Pulo Aceh.
Dalam perjalanan kali itu
banyak hal yang saya pribadi dapatkan. Dari kebingunan bagaimana keadaan tempat
tinggal, tempat ibadah, makan, mandi dan
kerisauan lainnya. Itu wajar di rasakan ketika kita berada di suatu daerah yang
asing bagi kita. Itu bagian baru yang harus saya nikmati, karena saya sudah
memilih dan sudah berjanji untuk siap menjadi generasi maritim selanjutnya.
Hari pertama kami di sana
mendatangi rumah Pak Geuchik Desa Gugop dan menyapa masyarakat setempat. Melakukan
komunikasi dengan masyarakat setempat dan anak-anak yang sering main ke tempat
kami tinggali sejak semalam. Mungkin karena wajah kami baru bagi mereka, jadi
mereka mencoba mendekatkan diri dengan orang-orang yang ada di sekitar
sekalipun orang itu asing bagi mereka.
Hari selanjutnya, kami
berkunjung ke SD yang ada di Desa Gugop. Disini kami mencoba menjadi teman
dekat, kakak, abang, dan saudara mereka. Kami mengajaknya bermain, agar dengan
leluasa mereka mau berkomunikasi apa adanya. Mengenalkan desa yang mereka
tinggali yang kaya akan keindahan laut dan keasrian udaranya. Di tempat yang
selama ini mereka mengais kehidupan, salah satu tempat keajaiban Sang Pencipta
yang pantas di syukuri.
Di samping itu, sebagai generasi
Indonesia yang baik mereka juga harus mampu menjaga dan melestarikan budaya
mereka dengan sebaik-baiknya. Serta mampu memperkenalkan budaya dan adat
istiadat mereka kepada orang lain yang tidak terlahir sebagai anak-anak pesisir
seperti mereka.
Kegiatan kami selanjutnya,
mengajak mereka belajar menjaga lingkungan hidup agar lingkungan sehat bisa mereka
nikmati. Sebagai generasi pesisir mereka di wajibkan untuk selalu menjaga
keindahan laut, agar biota di laut terasa aman dan nyaman untuk terus tinggal
di tempat tersebut. Tak hanya sampai di situ, kami mengajak mereka membersihkan
bibir-bibir pantai di sepanjang Desa Gugop. Kemudian sampah-sampah yang sudah
terkumpulkan itu kami racik dengan berbagai keahliaan yang mereka miliki hingga
melahirkan kreasi-kreasi baru dari barang-barang bekas tersebut.
Ternyata anak-anak pesisir
juga punya skil yang luarbiasa seperti anak-anak elit di kota-kota. Itu
terlihat dari berbagai jenis hasil kerajinan tangan dari barang-barang bekas
tersebut. Mereka juga punya bakat yang jika di asah akan menjadi peluang besar
untuk kemajuan masyarakat pesisir sendiri. Hanya saja, posisi mereka tidak
seperti anak-anak lainya yang ada di kota. Keterbatasan dan kekuarangan
fasilitas adalah hal utama yang harus mereka terima. Entah apa penyebabnya,
mereka menjadi bagian dari generasi Aceh khususnya yang terabaikan di bandingkan
dengan generasi yang berada di kota atau dekat dengan kemajuan lainnya. Di
samping itu kami juga mengajak mereka belajar sambil bermain. Mengajarkan
mereka tentang kewarganegaraan, kesehatan, pengetahuan umum yang mampu
memberikan informasi baru bagi mereka.
Di samping kami mengajarkan
mereka, kami juga banyak belajar hal baru dari mereka maupun apa yang ada di
desa mereka. Salah satunya adalah tentang transportasi yang bisa di akses dari
Banda Aceh ke Pulo Aceh, maupun sebaliknya. Melalui Boat Ikan nelayan ini lah satu-satunya
transportasi yang bisa di gunakan sebagai angkutan umum bagi mereka.
Berdasarkan informasi yang
saya dapatkan, dalam seminggu Boat tersebut tidak ada akses pada hari Jumat,
hari tersebut di liburkan. Bayangkan, ketika kita mendadak harus ke Banda Aceh,
tetap saja niat itu harus di urangkan. Karena tidak ada transportasi yang
berjalan. Di hari lainnya, jika kita dari Desa Gugop hendak ke Banda Aceh, maka
transportasi itu hanya bisa di akses saat pagi hari (sekitaran jam 07.00 Wib,
paling telat jam 07.20 Wib), dan kembali pulang pada saat siang hari. Begitu
setiap harinya yang terjadi. Jarak yang harus di tempuh selama dua jam ini,
cukup membuat kita risau bagi kita yang jarang naik boat maupun kapal laut.
Tidak bagi mereka yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Transportasi
yang satu ini sangat menekankan kedisplinan. Kalau saja kita telat maka kita
akan ketinggalan transportasi. Konsekuensinya kita harus menunggu boat
selanjutnya (tapi jarang ada), kalau tidak tidak ada otomatis kita baru bisa
berangkat besok pagi.
Setelah beberapa hari tinggal
di desa tersebut, kami pun kembali ke Banda Aceh. Apa yang saya pribadi rasakan
dan dapatkan selama kegiatan ENJ merupakan bagian dari proses belajar untuk
menjadi generasi Aceh khususnya yang paham akan budaya dan keajaiban-keajaiban
yang Allah ciptakan hingga hari ini masih saya rasakan. Terimakasih teman,
sudah memberikan pengalaman baru dalam hidup ini!
~~~Selesai~~~
Bagikan
Kisah Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2016
4/
5
Oleh
https://nurhayatisuesa.blogspot.com/
1 comments:
Tulis commentshalo salam kenal, saya nandi, peserta enj 2017. baru dinyatakan lulus sih, grup whatsapp juga blm ada. saya mau nanya2 mbak boleh? disana kegiatannya ngapain aja sih? apa yg kita persiapkan dari kota keberangkatan? boleh minta share ilmunya ya.. hehe. salam
Reply