Senin, 01 Mei 2017

Sendiri, Membuatku Berani

Part 2 (Perjalanan Pulang)
Sendiri, Mengharuskanku Berani!
~Nurhayati~



Senin, 20 Maret 2017. Setelah kegiatan Youth Adventure Day 2017 berakhir kemarin hari Minggu, langsung hari ini kembali ke Aceh. Kalau kemarin pergi sendiri, sekarang giliran pulang kami berdua (Its, jangan salah faham. Kenapa berdua? Karena bareng dengan Bang Heru (abang kelas di komunikasi). Jadi sekarang pulang sudah ada teman, gak sendiri lagi). Semalam kami pesan tiket bareng-bareng dengan pesawat Citilink, hanya sekali transit dan langsung ke KNO (medan). Peaswat kami jam 14.40 Wib akan berangkat ke Jakarta (Bandara Soetta).

Pada jam 10.00 lewat  saya naik gojek (transportasi online) dari Asrama Putri (lupa nama asramanya. Namun asrama ini khusus untuk mahasiswa/i Aceh yang kuliah di Jogya. kalau ingin tau nama asramanya apa, cari aja di goegle. Mana tau bisa di mamfaatin nanti pas ke Jogya). Jam 11.10 tiba di Bandara Adi Sucipto. Usai cek in, punya waktu sekitar 2 jam lebih untuk menunggu giliran terbang (hehe, terbangggg...). Bang Heru belum juga sampai ke bandara.

Menunggu pesawat selanjutnya, yah menunggu lagi. Menunggu di ruang tunggu sendiri begini, teringat lagi ketika pergi kemarin juga sama menunggu seperti ini saat transit di Jakarta. Apalagi kemarin siap transit, pas waktu keberangkatan lagi harus di tunda hingga 15 menit untuk keberangkatan selanjutnya, karena Pak Presiden Jokowi sedang berada di bandara untuk melakukan penerbangannya. Meski tak sempat melihat orang nomor satu di Indonesia ini secara langsung, begitulah informasi yang saya dapatkan dari pihak bandara sendiri.

Jam di tangan sudah melaju ke angka 14.30. Gate C4 sudah terbuka untuk pesawat Lion yang akan kami tumpangi. Pemeriksaan boarding pass mulai di lakukan, namun Bang Heru belum juga muncul. Berkali-kali kumenghubunginya, tapi tetap tidak bisa. Dalam hati terus bertanya, kenapa dengan Bang Heru? Kalau saja sampai ketinggalan pesawat, ia benar-benar akan ketinggalan, hingga harus melakukan pembelian tiket pesawat lain untuk keberangkatan selanjutnya. (ini bukan bus di jalan, yang bisa di berhentikan ketika kita mau berhenti. Ini bukan ojek yang bisa kita suruh tunggu sebentar hingga beberapa menit sekaligus. Ini pesawat, yang cara kerjanya beda dengan yang lain. Kalau telat, tidak ada kata tunggu baginya, parah memang, bagi kita penumpangnya, iya kan...).

Pada saat itu, tidak ada lagi harapan untuk Bang Heru. Pesawat sudah take off. Sudah meninggalkan daratan. Sedang melayang di atas awan. Seketika rasa sedih yang terus terasa (bagaimana gak sedih, pertama janji pulang bersama otomatis punya teman, gak sendiri seperti ini. Kedua, sedih karena susah, risau, gak enak perasaan, kenapa Bang Heru gak sampai juga ke bandara). Dalam hati, terus memohon, agar perjalan ini baik-baik saja dan Bang Heru juga baik-baik saja).




Ketika transit di Jakarta, langsung memasuki ruang tunggu dan mencari-cari tempat untuk cas Hp. Hampir saja lobet. Secepatnya kusambungkan Hp dengan cas, agar kehidupannya terisi. Karena ini sangat membantu dalam perjalanan pulang kali ini. Hp lah teman yang bisa menghubungkanku yang di sini dengan orang-orang yang kubutuhkan di seberang sana. Pas transit di Jakarta, barulah Bang Heru bisa di hubungi. Dan ternyata dugaan itu benar, bahwa Bang Heru ketinggalan pesawat. Namun yang bikin sedih adalah ketika Bang Heru bilang, bahwa dia mengalami sedikit kecelakaan hingga ketinggalan pesawat. Pada saat itu, saya merasakan ketakutan yang mendalam (apa semua ini pertanda buruk untuk perjalan saya, pikiran negatif karena ketakutan terus bergejolak. Apa maksud dari semua ini?).

Jantung seolah berpompa 2X lebih cepat dari biasanya. Perjalaan pulang sudah setengah kulalui. Pikiran gak karuan. Yang bikin takut lagi karena perjalanan terakhir itu akan turun di KNO pada jam 20.00 Wib, (malam-malam di Medan, sendiri lagi. Itu yang bikin ketakutan. Siapa yang gak tau keadaan Medan, apalagi malam hari. Semua tau bagaimana seramnya Medan itu). Perasaan takut terus mengantungi. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Berilah kekuatan kepada hamba? Izinkan hamba sampai dengan sehat dan selamat, Ya Rabbi? Rintihku dalam hati.

Kepulangan yang rencana ada teman, ternyata berakhir sendiri. Takdir Allah sedang menguji. Ungkapku dalam hati. Kuraih telepon tinut, seketika kutelpon Kak Nisa (kakak kelas, yang baik hati), berharap mendapatkan pencerahan yang baik darinya. Setidaknya bisa mengobati hati yang sedang sedih dan ketakutan ini. Singkat cerita Kak Nisa membantu dengan sangat baik. Memberi motivasi, sekaligus kalau nanti sampai ke Medan harus ngapain dan bagaimana, semuanya di jelaskan dengan sangat rinci, (Terimakasih Kak Rapunzel J)

Sesampainya di KNO, langsung kunaiki bus ALS yang tujuannya ke terminal Ringrut (pangkalan Putra Pelangi).  Sekarang hati ini mulai tenang. Mulai nyaman. Meski sendiri di Medan, namun kalau sudah naik bus yang tujuannya ke Lhokseumawe sudah aman. Pompa darahpun kini mulai normal (tidak seperti tadi, sampai-sampai membuat gemetar).

Karena nomor bangku di bus tidak bisa di atur seenaknya oleh penumpang, jadi harus menerima takdir untuk duduk berdekatan dengan cowok yang tidak kukenal (yang katanya akan ke Bireun). Alhamdulillah cowok itu baik. Buktinya bisa sampai ke Lhokseumawe dengan aman. Sehat. Tentram. (Terimakasih ya, abang Bireun, J).

05.00, waktu yang hampir subuh akhirnya sampai ke Lhokseumawe dengan sehat. Dalam perjalan pergi dan pulang kali ini Allah mengujiku untuk bersabar dan terus mengingat namanya. Yang terpenting adalah yakinlah apapun yang terjadi itu takdir Allah yang paling baik untuk kita.



Ini cerita perjalananku kali ini. Apa ceritamu? J





Baca selengkapnya

Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!

Latepost

Part 1(Perjalanan Pergi)
Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!
~Nurhayati~



“Setelah melalui berbagai rintangan, akhirnya saya berhasil menjadi mahasiswi semester 6 di Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2014 Universitas Malikussaleh...”, itu sepenggal jawaban yang saya isi ketika hadir pertanyaan Ceritakan Tentang Dirimu. Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya, yang saya isi entah bagaimana. 

Cerita kali ini bermula ketika salah satu senior kelas saya (tidak saya sebut siapa, tapi terimakasih sudah berbagi informasiJ) membagikan informasi yang sangat membahagiakan tentang kegiatan Youth Adventure Day (YAD) 2017 programnya Indonsian Youth Dream (IYD) yang di laksanakan pada 17-19 Maret, di Kebun Mangunan, Yogyakarta. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin menceritakan sedikit bahagianya saya ketika membaca kata Yogyakarta. Karena kenapa? Karena Jogya adalah salah satu tempat dari sekian daftar tempat yang ingin saya kunjungin dan pernah saya tulis kemudian tertempel di dinding kamar. Begitu bahagianya, ketika daftar-daftar list tempat yang ingin saya kunjungin mulai tercoret-coret (bertanda tercapaiJ). Pokoknya bahagia banget, gak bisa di gambarkan rasa bahagia gimana dalam tulisan ini.

Oke, lanjut lagi (ke cerita sebelumnya), saya mulai membuka link-link yang berhubungan dengan YAD. Dari web, You Tube hingga sosmed YAD. Saya menemukan testimoni dari para alumni YAD tahun lalu. Keren banget pokokknya. Tidak menunggu lama, saya membuka laman untuk mendaftar kegiatan YAD ini. Kembali kerumah, dengan yakin mempersiapkan semua persyaratan dan menjawab semua pertanyaan yang di pertanyakan oleh panitia kegiatan. Esai mulai saya garap (sebagus mingkin). Video profil mulai di rekam (seala kadar). Kemudian mengirim semuanya ke alamat email yang di tujukan oleh panitia.

Youth Adventure Day, kegiatan camp pertama yang saya aplay di awal semester 6 ini. Setelah berkas selesai saya summit. Saya tinggalkan semua hal yang berkaitan dengan YAD itu. Kembali ke aktivitas semula, ngampus, kerja tugas, dan lain sebagainya.

Pasca 2 minggu setelah berkas terkirim. Akhirnya pengumuman kelulusanpun tiba. Inilah waktu bahagia(bahagia bila terpilihJ) sekaligus waktu sedih(saat tidak terpilihL) ketika membaca daftar nama peserta yang lolos mengikuti camp YAD 2017 nantinya. Dengan teliti dan pikiran yang karuan saya membaca dan mencari-cari “Universitas Malikussaleh” dan “Nurhayati”. Hampir setengah sudah lembaran kertas pengumuman itu terbaca bahkan lebih dari setengahnya, namun yang menjadi keinginan belum juga tercapai. Nama itu belum ketemu juga.

Kursor itu dengan semangat terus saya geserkan ke bawah, dan akhirnya pada nomor 108 tertera nama Nurhayati asal kampus Universitas Malikussaleh. Rasa bahagia meluap seketika. Dengan sendirinya tersenyum-senyum bersama labtop dan terus membaca daftar peserta yang lulus lainnya. Mungkin orang-orang yang ada di hadapan saya bertanya, kenapa ia tersenyum sendiri? Dan terus melirih, Alhamdulilah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah.

Sejak hari itu, terus mempersiapkan apa yang perlu dan bagaimana bisa sampai ke Jogya (mengingat dana gak ada). Seperti mahasiswa-mahasiswa lainnya, ketika lolos event kemudian bingung untuk pergi bagaimana? Harus bagaimana? Karena gak ada dana. Mulailah mengeprint proposal dan surat ini-itu (bagaikan orang-orang yang melamar pekerjaan). Menteng-teng proposal ke prodi, fakultas hingga universitas (biro). Dalam hati terus berharap agar proposal itu di acc(disetujuin), sehingga bisa pergi dengan tenang (karena gak mikirin lagi masalah dana).

Harapan terus berharap. Sedikit lagi, proposal yang sudah terkirim ke biro di acc. Namun apa bisa buat, ketika cobaan datang menguji. Proposal itu belum maksimal di penuhi dengan nota-nota acc (persetujuan), harus berhenti dan terletak kembali di atas tumpukan proposal lainnya (yang entah kapan di acc seluruh proposal itu). Singkatnya, proposal saya tidak berhasil di acc secara lengkap, alasannya kenapa?(bagian ini tidak bisa saya ceritakan).

Disini saya mulai merasakan, bahwa mimpi saya ke Jogya akan kandas di tengah jalan. Sebentar lagi akan hilang. Harapan dan bayangan-banyangan akan indahnya Jogja harus terpendam dan tertanam lagi dalam-dalam. Keinginan yang terwujud belum sempurna sesuai dengan keinginan.

Allah punya cara sendiri dalam membahagiakan hamba-hamba-Nya. Kata-kata yang memberi motivasi bagi saya. Sehingga saya yakin, pasti tanah Jawa itu akan berhasil  saya jejaki. Semua uang tabungan saya satukan dalam satu hitungan. Belum juga cukup. Malah masih jauh dari target dana yang di butuhkan. Harus bagaiamana ini? (bingung). Meski begitu, terus berusaha. Meminta pinjaman (ngutangpun gak apa-apa), itu yang ada di pikiran karena saking inginnya ke Jogya. Bukankah sesuatu yang berharga itu butuh pergorbanan? Maka, kuberanikan diri meminta pinjaman sama teman-teman kampus(yang pasti teman yang dekat dengan saya lah). Alhamdulillah, dengan senang mereka mau membantu. Namun tetap saja belum cukup. Apa langkah selanjutnya, agar uang ini cukup untuk semuanya. Mendekati beberapa hari keberangkatan, uang yang terumpulkan belum juga mencapai nominal yang sesuai dengan target. Meski sudah jauh-jauh hari commitment fee nya sudah terlunaskan, namun apa boleh buat jika untuk PP belum cukup, maka semua akan hangus dan kesalahan besar adalah gak jadi ke Jogja.

Harus bisa ke jogya. Kata yang selalu tergiang di kepala. Singkat cerita, akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk PP(Jangan ragu ya, uangnya Insya Allah halal kok. Yang pasti penuh pengorbanan). Uang untuk jajan tidak terlalu penting, bahkan gak penting, karena yag terpenting adalah sampai ke Jogya. Akhirnya langkah pertama sudah aman. Mulus.

Mulailah langkah kedua, dengan berbagai alasan dan kerisauan keluarga tidak mengizinkan berangkat sendiri dari Aceh-Jogya. Pada saat itu, tidak ada cara lain selain menghubungi delegasi lainnya yang ada di Banda Aceh serta Medan, karena dua daerah ini yang dekat dengan Lhokseumawe. Jawaban-jawaban yang kuterima dari delegasi sungguh di luar harapan. Ada yang gak jadi pergi (karena gak bisa pergi), ada yang sudah sampai ke Jogya(gak mungkin balik lagi, hanya demi jemput aku). Dengan kata lain, kalau memang yakin pergi ke Jogya, harus berangkat sendiri dari Aceh ke Jogya. Tidak ada cara lain. Namun keluarga masih pada kata-katanya. Tetap gak boleh pergi sendiri. Kerisauan keluarga yang mendalam itu, seolah gak penting bagiku saat itu. Yang terpenting adalah ke Jogja. Tinggal selangkah lagi, mimpi itu terwujud. Namun harus bagaimana, ketika cobaan datang lagi. Yang bisa kita lakukan hanya berSABAR. Maka itu yang saya lakukan waktu itu.
Allah punya cara sendiri membahagiakan hamba-hamba-Nya (kata ini tergiang lagi dalam pikiran). Kekuatan doa (semoga keluarga memberikan doa untuk pergi, meski sendiri) terasa waktu itu. Allah akan selalu mendengar harapan dan doa-doa hamba-Nya. Usai sudah pengorbanan saya kali ini. Keluarga menizinkan pergi meski sendiri, dengan syarat di antarkan ke Bandara Banda Aceh (gak apa-apa yang penting jadi pergi, iya kan? J).


Setelah selesai transit di Jakarta (Bandara Halim Perdanakusuma), sampai juga ke Jogya (Bandara Adi Sujipto). Jam di tangan menuju pukul 16.10 (kalau gak salah ya, udah lupa). Kemudian, saya mencari-cari sambil bertanya di mana terminal bus Trans Jogya. Karena cara akses paling murah untuk sampai ke Jombor waktu itu hanya dengan naik Trans Jogya. Akhirnya sampai di terminal harapan (Its, terminal trans jogja maksudnya. Bagi saya saat itu, terminal ini adalah terminal harapan, karena dengan masuk ke terminal itu, saya akan di bawakan oleh bus hingga sampai ke Jombor (merupakan tujuan pertama di Jogya)). 

Bermodal ongkos tiket bus Rp 3.500; (murah banget atuh) dengan 2X transit sampai di Jombor pada jam 17.00 lebih kurang. Sampai di sana saya di jemput oleh teman baru, saudara baru (gak perlu saya sebutkan namanya) di Jogja. Terimakasih ya, siapapun kamu yang telah membantuku sampai ke Jogya. Rabu, 15 Maret 2017, jam 16.10, saya berhasil menginjak kaki di Kota Gudeg itu. Semoga siapa saja yang membaca tulisan ini, semakin yakin atas mimpi-mimpinya hingga ia berani mencoretkan semua mimpi-mimpi yang telah di tulisnya. Semoga saja! JJJ



Baca selengkapnya

Menikmati Perbedaan di School for Nation Leader 2016

Part 2
Menikmati Perbedaan di School for Nation Leader 2016
JJJ


Lagu Hymne Negarawan Muda Indonesia dari Indrawan Yepe/Budiyanto, ingin rasanya saya meng-amin-kan setiap kalimat yang begitu bermakna. Lirik yang bermakna ini bisa menguncang semangat kami ketika kami sudah lelah dengan diskusi, tanya-jawab dan lain sebagainya. Ketika kami mulai lesu, letih dan masih dalam ruangan diskusi, dengan sigap panitia memutarkan lagu ini hingga semangat kembali menghampiri. Untaian irama nan nada berpadu hingga mampu memelekkan mata yang mulai tertutupi karena lelah mengeluarkan ide atau mencari solusi dari permasalahan. Lirik yang sangat berkesan ada di ujung lagu yakni “menjadikan peradaban duniaaaaaaaaa” disini semua berlomba-lomba untuk tidak berhenti/tidak memutuskan nafasnya hingga membuat kami semua sesak(hehehe), dan akhirnya tertawa girang bersama.
Kami negarawan muda Indonesia
Pemimpin masa depan bangsa
Lanjut kan tekat amanah pendiri bangsa
Berjuang merawat Indonesia
Kami negarawan muda Indonesia
Pemimpin masa depan dunia
Dalam bangun jiwa
pemimpin pemuda
Bertekat menghidupakan integritas


Reff:
Negarawan Muda Indonesia
Setinggi-tinggi ilmu
Semurni keyakinan
Seluas cita-cita
Sebaik-baik strategi
Keyakinan, perjuangan,
Pengorbanan dan persaudaraan
Bersatu padu tunaikan janji
Untukmu kejayaan negri
Negarawan Muda Indonesia
Berkhitmat untuk kepentingan rakyat
Bangsa dan negara tercinta
Menjadi rujukan peradaban dunia 2X.

Keterlambatan saya dan Syifa sehari tidak jadi masalah. Kami masih bisa berkenalan dengan mereka, pemuda hebat yang tangguh dan kece semua, kecuali saya. Banyak perbedaan yang tak sanggup saya utarakan di sini, diantaranya, perbedaan sikap, pemikiran, perilaku, gaya bicara, kepedean, keakraban, budaya, kepribadian dan keegoisan. Wajar, itulah manusia. Dari setiap perbedaan itu melatih saya untuk bisa menerima kharakteristik yang berbeda tersebut. Mereka, adalah beberapa orang dari semua manusia di dunia ini yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Bertemu dengan mereka dari beberapa universitas di Indonesia, Unimal, Unsyiah, USU, UMSU, Unand, UNP, UMRI, UR, Univ. Sriwijaya, UIN Hidayatullah Yogyakarta. Dan selalu memabawa almamater kebanggaan masing-masing. Perbedaan yang saya temukan di sini, mengingatkan saya untuk bersyukur setiap saat. Besyukur setiap takdir yang Allah berikan setiap hari. Bersyukur dan menikmati setiap skenario yang Allah berikan untuk saya, sungguh ini karunia-Nya LUARBIASA. Yang terpenting believe your self and positive thinking. J



Baca selengkapnya

Menuju School for Nation Leader 2016

Late Post
Part 1
Menuju School for Nation Leader 2016
JJJ



Berawal dari postingan abang kelas di medsos Linenya. Di situ tertulis dengan jelas School for Nation Leader (SNL) 2016. Yang sebelumnya saya tak tau itu apa. Kegiatan seperti apa dan apa hasil yang kita terima setelah ikut itu. Karena penasaran, ku arahkan kursor untuk mengklik tautan tersebut, hingga terbuka dengan jelas di layar monitor laptop. Kemudian membacanya sekilas. Di layar utama website itu ada gambar yang saling bergantian. Mulai dari gambar tugu Yogya, Rumah Gadang, dan lain sebagainya. Hingga saya menemukan kata-kata Forum Negarawan Muda (FNM). Apa ini? Itu lah yang terbesik di pikiranku saat itu. Karena masih belum paham, kali ini saya akan membacanya dengan seksama. Ya, membaca ulang kembali.

Ternyata  SNL adalah produk (Iyahhh...Jatau program dari FNM Indonesia. Kegiatan SNL akan ada di lima regional, yakni di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, dan Sulawesi. Rasanya saya ingin coba tes di Yogya, berharap agar lewat dan bisa ke Yogya. Namun, niat itu seketika harus terkunci dalam-dalam, karena gak mungkin ke Yogya, dana yang di butuhkan pasti banyak. Kalau saya tetap mau ikut kegiatan itu, mungkin daerah yang dekat dengan Aceh lah, biar biayanya gak terlalu besar. Yah, regional Sumatera sepertinya cocok. Kebetulan di adakannya di Padang, Sumatera Barat. Padang...
Sekilas saya mengingat cerita teman dari Padang yang ngampus di Universitas Malikussaleh (UM) tentang jalan kelok sembilan, rumah gadang, jam gadang, keripik sanjai dan kekuatan agama Islam di Padang. Padang, Padang, Pad.. pikiranku mulai berputar. Seandainya bisa ke Padang? Hehe...(mulai berkhayal).

Apa ada uang ke Padang? Cuman menggandalkan tabungan gak cukup. Ah coba aja dulu, belum tentu lewat. Pasti gak lewat, paling gak karena udah coba, udah tau gimana gitu ketentuan maupun pertanyaan yang di ajukan dalam form pendaftaran itu. (Saya coba acuhkan masalah pikiran yang bertengkar masalah dana). Setiap ikut lomba, saya selalu berpikir seperti ini. “Pasti gak menang, gak lewat, gek jebol dan sebangsanya.” *jangan di tiru pemikiran berbahaya ini. Hehe..

Teman-teman sering bilang jangan pesemis, gitu lah. Kemudian di susul dengan pujian, kamu akan dapat ini dan pegi ke itu, dan ini-itu. Entahlah. Banyak dorongan positif dari mereka. Walau kenyataannya pada akhirnya saya gak lulus juga. Semangat!!!
Oke, kembali lagi. Pilihan terakhir, ku tancapkan keyakinan pada regional Sumatera yang di laksanakan di Padang. Mulai mengunduh form pendaftaran. Lalu saya mengikuti semua prosedur sesuai dengan yang di minta oleh panitia SNL. Saya kirimkan berkas itu. Dan seperti biasa, setelah saya kirim, saya pun melupakannya. Dan saya udah ada feeling, pasti gak lewat. Dari pada berharap banyak tapi hasilnya mustahil. Mending gak berharap seperti ini, walaupun hasilnya juga gak lewat. Tapi udah belajar ikhlas dari awal dengan memotivasi diri, yang penting kamu udah coba. Dari pada gak coba, otomatis gak tau bagaimana asam, pahit, manis dan tawarnya kegiatan seperti ini. Setelah tersent dan saya pastikan terkirim ke email panitia. Saya pun kembali ke ativitas semula, tanpa mengingat lagi from yang saya kirimkan itu.  

Nah, disinilah ceritanya di mulai. Beberapa setelah hari pengiriman form itu. Ternyata pengumuman yang lolos untuk mengikuti kegiatan SNL regional Sumatera sudah di publish. Hari itu saya masuk kuliah di jam 10 pagi. Namun jam 8 saya sudah stanby di sekret himpunan. Entah, hari ini rasanya ingin cepat aja datang ke kampus. Tapi saya gak tau kalau kegiatan SNL udah pengumuman. Lalu Uty (Nadia Permata Sari), teman se-jurusan  mengatakan bahwa saya lulus kegiatan SNL ini. Kabar bahagia itu, sulit saya terima.
Yang benar Uty? Kapan liat pengumumannya?

Iya benar, semalam temanku yang bilang, bahwa pengumuman itu udah di publis. (Uty, maaf kalau tidak sama persis seperti kata-katamu, sayee lupaa, hehe)
Kemudian saya memastikannya. Dengan melihat sendiri daftar peserta yang lulus. Ternyata benar, nama saya ada di deretan 50 pemuda se-Sumatera lainnya. Walaupun nama saya hampir di penghujung nomor nama peserta yang lain. Tidak masalah, yang penting lulus. Alhamdulillah. Oya, dari UM bukan hanya saya sendiri. Ada Saya, Uty (komunikasi) dan Syifa (Kedokteran). Karena udah lulus, jadi harus ada persiapan sebelum berangkat. So pasti berangkat dan harus berangkat dung... J<

Persiapan pertama adalah uang untuk pergi dan pulang dari kegiatan tersebut. Kan kami gak mua, uang (mengandalkan tabungan) hanya cukup untuk pergi, otomatis gak bisa pulang dong. Gak bisa, kan kami masih kuliah. Ribet jika harus pindah kuliah ke Universitas Andalas (Unand). Jadi uangnya harus cukup untuk pergi dan pulang. Hihihi..

Kesibukan saya dan Uty di mulai. Uty sangat bersemangat untuk ikut kegiatan ini. Meskipun kami tau, kegiatan SNL dari tanggal 30 Mei-02 Juni bertepatan dengan UAS di kampus. Jika nantinya kami jadi pergi, berarti kami harus mengorbankan UAS. Sulit memang.
Okee, masalah pergi atau gak nanti aja di pikirkan. Yang penting dana untuk pergi dan pulang ada? Mulai lah kami ‘meminta-minta’ dana ke prodi, fakultas dan universitas (kebetulan masalah dana untuk mahasiswa udah di serahkan ke fakultas dan jurusan). Jadi gak usah pergi ke biro lagi.

Abang dan kakak kelas memberi semangat untuk kami untuk tetap berusaha agar bisa pergi ke Padang. Hari yang panas itu juga lumayan menumbuhkan kecapean yang kami rasakan. Uty lebih dominan rempongnya di bandingkan saya. Dia yang ngeprint surat dan roundwon acara untuk kami serahkan ke prodi dan fakultas. Berharap selain bantuan doa, ada bantuan dana dari mereka, *maap langsung-langsung, JJJ

Setelah berjumpa dengan ini-itu, singkatnya usaha kami belum maksimal. Dana gak ada. Harus pakek dana sendiri jika tetap pergi. Di penghujung harinya sangat sulit untuk mengambil kesimpulan, pergi atau tidak? Dana yang cukup belum ada. Setelah menimbang ini-itu, saya memutuskan untuk tetap pergi tapi hanya berdua dengan Syifa. Uty gak bisa pergi. Terimakasih Uty kerja kerasnya, dan semoga keinginanmu cepat terwujud untuk secepatnya bisa ke Kampung Inggris Pare di Jawa. Aminnn...

Kegiatan itu di mulai dari Hari Senin-Kamis (30 Mei-02 Juni), namun Hari Selasa siang kami baru sampai di tempat kegiatan. Keterlambatan ini karena satu dan lain hal. Benar kata orang, pengorbanan itu sangat sulit. Dan saya harus mengorbankan beberapa hari tidak mengikuti UAS karena sedang mengikuti SNL di Padang. Semoga ini semua membawa berkah. Amin.
Finally, saya menemukan lagi hal yang sulit saya lakukan. Berangkat dari Aceh sampai ke Padang dan kembali lagi. Ternyata pede, berani, tidak takut dan ‘tidak malu’  itu memang harus ada pada diri setiap pengikut kegiatan, event, lomba dan lain sebagainya jika ingin sampai tujuan dengan selamat. Jangan takut, berkomunikasilah dengan baik kepada setiap orang untuk kita tanyakan sesuatu.  

Bayangakan ketika kita gak berani bertanya di jalan, takut bertanya di ruang diskusi, gak pede mengemukanan ide dan takut berkomunikasi dengan banyak orang, maka akhirnya perasaan yang kita pendam itu sangat menyakitkan. Dan jawabaan dari rasa sakit itu adalah penyesalan. Percaya atau tidak, setiap perjalanan yang kita lalui akan ada hal baru yang kita pelajari. Tetap semangat untuk kita semua.

Salam Pemuda
Negarawan Muda
Pemimpin IndonesiaJ



Baca selengkapnya