Senin, 01 Mei 2017

Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!

Latepost

Part 1(Perjalanan Pergi)
Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!
~Nurhayati~



“Setelah melalui berbagai rintangan, akhirnya saya berhasil menjadi mahasiswi semester 6 di Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2014 Universitas Malikussaleh...”, itu sepenggal jawaban yang saya isi ketika hadir pertanyaan Ceritakan Tentang Dirimu. Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya, yang saya isi entah bagaimana. 

Cerita kali ini bermula ketika salah satu senior kelas saya (tidak saya sebut siapa, tapi terimakasih sudah berbagi informasiJ) membagikan informasi yang sangat membahagiakan tentang kegiatan Youth Adventure Day (YAD) 2017 programnya Indonsian Youth Dream (IYD) yang di laksanakan pada 17-19 Maret, di Kebun Mangunan, Yogyakarta. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin menceritakan sedikit bahagianya saya ketika membaca kata Yogyakarta. Karena kenapa? Karena Jogya adalah salah satu tempat dari sekian daftar tempat yang ingin saya kunjungin dan pernah saya tulis kemudian tertempel di dinding kamar. Begitu bahagianya, ketika daftar-daftar list tempat yang ingin saya kunjungin mulai tercoret-coret (bertanda tercapaiJ). Pokoknya bahagia banget, gak bisa di gambarkan rasa bahagia gimana dalam tulisan ini.

Oke, lanjut lagi (ke cerita sebelumnya), saya mulai membuka link-link yang berhubungan dengan YAD. Dari web, You Tube hingga sosmed YAD. Saya menemukan testimoni dari para alumni YAD tahun lalu. Keren banget pokokknya. Tidak menunggu lama, saya membuka laman untuk mendaftar kegiatan YAD ini. Kembali kerumah, dengan yakin mempersiapkan semua persyaratan dan menjawab semua pertanyaan yang di pertanyakan oleh panitia kegiatan. Esai mulai saya garap (sebagus mingkin). Video profil mulai di rekam (seala kadar). Kemudian mengirim semuanya ke alamat email yang di tujukan oleh panitia.

Youth Adventure Day, kegiatan camp pertama yang saya aplay di awal semester 6 ini. Setelah berkas selesai saya summit. Saya tinggalkan semua hal yang berkaitan dengan YAD itu. Kembali ke aktivitas semula, ngampus, kerja tugas, dan lain sebagainya.

Pasca 2 minggu setelah berkas terkirim. Akhirnya pengumuman kelulusanpun tiba. Inilah waktu bahagia(bahagia bila terpilihJ) sekaligus waktu sedih(saat tidak terpilihL) ketika membaca daftar nama peserta yang lolos mengikuti camp YAD 2017 nantinya. Dengan teliti dan pikiran yang karuan saya membaca dan mencari-cari “Universitas Malikussaleh” dan “Nurhayati”. Hampir setengah sudah lembaran kertas pengumuman itu terbaca bahkan lebih dari setengahnya, namun yang menjadi keinginan belum juga tercapai. Nama itu belum ketemu juga.

Kursor itu dengan semangat terus saya geserkan ke bawah, dan akhirnya pada nomor 108 tertera nama Nurhayati asal kampus Universitas Malikussaleh. Rasa bahagia meluap seketika. Dengan sendirinya tersenyum-senyum bersama labtop dan terus membaca daftar peserta yang lulus lainnya. Mungkin orang-orang yang ada di hadapan saya bertanya, kenapa ia tersenyum sendiri? Dan terus melirih, Alhamdulilah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah.

Sejak hari itu, terus mempersiapkan apa yang perlu dan bagaimana bisa sampai ke Jogya (mengingat dana gak ada). Seperti mahasiswa-mahasiswa lainnya, ketika lolos event kemudian bingung untuk pergi bagaimana? Harus bagaimana? Karena gak ada dana. Mulailah mengeprint proposal dan surat ini-itu (bagaikan orang-orang yang melamar pekerjaan). Menteng-teng proposal ke prodi, fakultas hingga universitas (biro). Dalam hati terus berharap agar proposal itu di acc(disetujuin), sehingga bisa pergi dengan tenang (karena gak mikirin lagi masalah dana).

Harapan terus berharap. Sedikit lagi, proposal yang sudah terkirim ke biro di acc. Namun apa bisa buat, ketika cobaan datang menguji. Proposal itu belum maksimal di penuhi dengan nota-nota acc (persetujuan), harus berhenti dan terletak kembali di atas tumpukan proposal lainnya (yang entah kapan di acc seluruh proposal itu). Singkatnya, proposal saya tidak berhasil di acc secara lengkap, alasannya kenapa?(bagian ini tidak bisa saya ceritakan).

Disini saya mulai merasakan, bahwa mimpi saya ke Jogya akan kandas di tengah jalan. Sebentar lagi akan hilang. Harapan dan bayangan-banyangan akan indahnya Jogja harus terpendam dan tertanam lagi dalam-dalam. Keinginan yang terwujud belum sempurna sesuai dengan keinginan.

Allah punya cara sendiri dalam membahagiakan hamba-hamba-Nya. Kata-kata yang memberi motivasi bagi saya. Sehingga saya yakin, pasti tanah Jawa itu akan berhasil  saya jejaki. Semua uang tabungan saya satukan dalam satu hitungan. Belum juga cukup. Malah masih jauh dari target dana yang di butuhkan. Harus bagaiamana ini? (bingung). Meski begitu, terus berusaha. Meminta pinjaman (ngutangpun gak apa-apa), itu yang ada di pikiran karena saking inginnya ke Jogya. Bukankah sesuatu yang berharga itu butuh pergorbanan? Maka, kuberanikan diri meminta pinjaman sama teman-teman kampus(yang pasti teman yang dekat dengan saya lah). Alhamdulillah, dengan senang mereka mau membantu. Namun tetap saja belum cukup. Apa langkah selanjutnya, agar uang ini cukup untuk semuanya. Mendekati beberapa hari keberangkatan, uang yang terumpulkan belum juga mencapai nominal yang sesuai dengan target. Meski sudah jauh-jauh hari commitment fee nya sudah terlunaskan, namun apa boleh buat jika untuk PP belum cukup, maka semua akan hangus dan kesalahan besar adalah gak jadi ke Jogja.

Harus bisa ke jogya. Kata yang selalu tergiang di kepala. Singkat cerita, akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk PP(Jangan ragu ya, uangnya Insya Allah halal kok. Yang pasti penuh pengorbanan). Uang untuk jajan tidak terlalu penting, bahkan gak penting, karena yag terpenting adalah sampai ke Jogya. Akhirnya langkah pertama sudah aman. Mulus.

Mulailah langkah kedua, dengan berbagai alasan dan kerisauan keluarga tidak mengizinkan berangkat sendiri dari Aceh-Jogya. Pada saat itu, tidak ada cara lain selain menghubungi delegasi lainnya yang ada di Banda Aceh serta Medan, karena dua daerah ini yang dekat dengan Lhokseumawe. Jawaban-jawaban yang kuterima dari delegasi sungguh di luar harapan. Ada yang gak jadi pergi (karena gak bisa pergi), ada yang sudah sampai ke Jogya(gak mungkin balik lagi, hanya demi jemput aku). Dengan kata lain, kalau memang yakin pergi ke Jogya, harus berangkat sendiri dari Aceh ke Jogya. Tidak ada cara lain. Namun keluarga masih pada kata-katanya. Tetap gak boleh pergi sendiri. Kerisauan keluarga yang mendalam itu, seolah gak penting bagiku saat itu. Yang terpenting adalah ke Jogja. Tinggal selangkah lagi, mimpi itu terwujud. Namun harus bagaimana, ketika cobaan datang lagi. Yang bisa kita lakukan hanya berSABAR. Maka itu yang saya lakukan waktu itu.
Allah punya cara sendiri membahagiakan hamba-hamba-Nya (kata ini tergiang lagi dalam pikiran). Kekuatan doa (semoga keluarga memberikan doa untuk pergi, meski sendiri) terasa waktu itu. Allah akan selalu mendengar harapan dan doa-doa hamba-Nya. Usai sudah pengorbanan saya kali ini. Keluarga menizinkan pergi meski sendiri, dengan syarat di antarkan ke Bandara Banda Aceh (gak apa-apa yang penting jadi pergi, iya kan? J).


Setelah selesai transit di Jakarta (Bandara Halim Perdanakusuma), sampai juga ke Jogya (Bandara Adi Sujipto). Jam di tangan menuju pukul 16.10 (kalau gak salah ya, udah lupa). Kemudian, saya mencari-cari sambil bertanya di mana terminal bus Trans Jogya. Karena cara akses paling murah untuk sampai ke Jombor waktu itu hanya dengan naik Trans Jogya. Akhirnya sampai di terminal harapan (Its, terminal trans jogja maksudnya. Bagi saya saat itu, terminal ini adalah terminal harapan, karena dengan masuk ke terminal itu, saya akan di bawakan oleh bus hingga sampai ke Jombor (merupakan tujuan pertama di Jogya)). 

Bermodal ongkos tiket bus Rp 3.500; (murah banget atuh) dengan 2X transit sampai di Jombor pada jam 17.00 lebih kurang. Sampai di sana saya di jemput oleh teman baru, saudara baru (gak perlu saya sebutkan namanya) di Jogja. Terimakasih ya, siapapun kamu yang telah membantuku sampai ke Jogya. Rabu, 15 Maret 2017, jam 16.10, saya berhasil menginjak kaki di Kota Gudeg itu. Semoga siapa saja yang membaca tulisan ini, semakin yakin atas mimpi-mimpinya hingga ia berani mencoretkan semua mimpi-mimpi yang telah di tulisnya. Semoga saja! JJJ



Bagikan

Jangan lewatkan

Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
14 April 2022 pukul 10.11

Kakk nurr... Dimanapun kamu berada semoga Allah selalu mlindungimu, dihari dan detik ini tak sengaja aku melihat tulisan dirimu semoga aku tak akan takut lagi untuk bermimpi... Dan bisa ngewujudinnya perlahan Aamiin

Reply