Part
2 (Perjalanan Pulang)
Sendiri,
Mengharuskanku Berani!
~Nurhayati~
Senin,
20 Maret 2017. Setelah kegiatan Youth
Adventure Day 2017 berakhir kemarin hari Minggu, langsung hari ini kembali
ke Aceh. Kalau kemarin pergi sendiri, sekarang giliran pulang kami berdua (Its,
jangan salah faham. Kenapa berdua? Karena bareng dengan Bang Heru (abang kelas
di komunikasi). Jadi sekarang pulang sudah ada teman, gak sendiri lagi).
Semalam kami pesan tiket bareng-bareng dengan pesawat Citilink, hanya sekali
transit dan langsung ke KNO (medan). Peaswat kami jam 14.40 Wib akan berangkat
ke Jakarta (Bandara Soetta).
Pada
jam 10.00 lewat saya naik gojek (transportasi
online) dari Asrama Putri (lupa nama
asramanya. Namun asrama ini khusus untuk mahasiswa/i Aceh yang kuliah di
Jogya. kalau ingin tau nama asramanya apa, cari aja di goegle. Mana tau bisa di mamfaatin nanti pas ke Jogya). Jam 11.10 tiba di Bandara Adi Sucipto. Usai cek in, punya waktu sekitar 2 jam lebih untuk menunggu giliran
terbang (hehe, terbangggg...). Bang Heru belum juga sampai ke bandara.
Menunggu
pesawat selanjutnya, yah menunggu lagi. Menunggu di ruang tunggu sendiri
begini, teringat lagi ketika pergi kemarin juga sama menunggu seperti ini saat
transit di Jakarta. Apalagi kemarin siap transit, pas waktu keberangkatan lagi
harus di tunda hingga 15 menit untuk keberangkatan selanjutnya, karena Pak
Presiden Jokowi sedang berada di bandara untuk melakukan penerbangannya. Meski
tak sempat melihat orang nomor satu di Indonesia ini secara langsung, begitulah
informasi yang saya dapatkan dari pihak bandara sendiri.
Jam
di tangan sudah melaju ke angka 14.30. Gate
C4 sudah terbuka untuk pesawat Lion yang akan kami tumpangi. Pemeriksaan boarding pass mulai di lakukan, namun
Bang Heru belum juga muncul. Berkali-kali kumenghubunginya, tapi tetap tidak
bisa. Dalam hati terus bertanya, kenapa
dengan Bang Heru? Kalau saja sampai ketinggalan pesawat, ia benar-benar akan
ketinggalan, hingga harus melakukan pembelian tiket pesawat lain untuk
keberangkatan selanjutnya. (ini bukan bus di jalan, yang bisa di berhentikan
ketika kita mau berhenti. Ini bukan ojek yang bisa kita suruh tunggu sebentar
hingga beberapa menit sekaligus. Ini pesawat, yang cara kerjanya beda dengan
yang lain. Kalau telat, tidak ada kata tunggu baginya, parah memang, bagi kita penumpangnya, iya kan...).
Pada
saat itu, tidak ada lagi harapan untuk Bang Heru. Pesawat sudah take off. Sudah meninggalkan daratan.
Sedang melayang di atas awan. Seketika rasa sedih yang terus terasa (bagaimana
gak sedih, pertama janji pulang bersama otomatis punya teman, gak sendiri
seperti ini. Kedua, sedih karena susah, risau, gak enak perasaan, kenapa Bang
Heru gak sampai juga ke bandara). Dalam hati, terus memohon, agar perjalan ini
baik-baik saja dan Bang Heru juga baik-baik saja).
Ketika
transit di Jakarta, langsung memasuki ruang tunggu dan mencari-cari tempat
untuk cas Hp. Hampir saja lobet. Secepatnya kusambungkan Hp dengan cas, agar
kehidupannya terisi. Karena ini sangat membantu dalam perjalanan pulang kali
ini. Hp lah teman yang bisa menghubungkanku yang di sini dengan orang-orang
yang kubutuhkan di seberang sana. Pas transit di Jakarta, barulah Bang Heru
bisa di hubungi. Dan ternyata dugaan itu benar, bahwa Bang Heru ketinggalan
pesawat. Namun yang bikin sedih adalah ketika Bang Heru bilang, bahwa dia
mengalami sedikit kecelakaan hingga ketinggalan pesawat. Pada saat itu, saya
merasakan ketakutan yang mendalam (apa semua ini pertanda buruk untuk perjalan
saya, pikiran negatif karena ketakutan terus bergejolak. Apa maksud dari semua
ini?).
Jantung
seolah berpompa 2X lebih cepat dari biasanya. Perjalaan pulang sudah setengah
kulalui. Pikiran gak karuan. Yang bikin takut lagi karena perjalanan terakhir
itu akan turun di KNO pada jam 20.00 Wib, (malam-malam di Medan, sendiri lagi.
Itu yang bikin ketakutan. Siapa yang gak tau keadaan Medan, apalagi malam hari.
Semua tau bagaimana seramnya Medan itu). Perasaan takut terus mengantungi. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?
Berilah kekuatan kepada hamba? Izinkan hamba sampai dengan sehat dan selamat,
Ya Rabbi? Rintihku dalam hati.
Kepulangan
yang rencana ada teman, ternyata berakhir sendiri. Takdir Allah sedang menguji. Ungkapku dalam hati. Kuraih telepon
tinut, seketika kutelpon Kak Nisa (kakak kelas, yang baik hati), berharap
mendapatkan pencerahan yang baik darinya. Setidaknya bisa mengobati hati yang
sedang sedih dan ketakutan ini. Singkat cerita Kak Nisa membantu dengan sangat
baik. Memberi motivasi, sekaligus kalau nanti sampai ke Medan harus ngapain dan
bagaimana, semuanya di jelaskan dengan sangat rinci, (Terimakasih Kak Rapunzel J)
Sesampainya
di KNO, langsung kunaiki bus ALS yang tujuannya ke terminal Ringrut (pangkalan
Putra Pelangi). Sekarang hati ini mulai
tenang. Mulai nyaman. Meski sendiri di Medan, namun kalau sudah naik bus yang
tujuannya ke Lhokseumawe sudah aman. Pompa darahpun kini mulai normal (tidak
seperti tadi, sampai-sampai membuat gemetar).
Karena
nomor bangku di bus tidak bisa di atur seenaknya oleh penumpang, jadi harus
menerima takdir untuk duduk berdekatan dengan cowok yang tidak kukenal (yang katanya
akan ke Bireun). Alhamdulillah cowok itu baik. Buktinya bisa sampai ke Lhokseumawe
dengan aman. Sehat. Tentram. (Terimakasih ya, abang Bireun, J).
05.00,
waktu yang hampir subuh akhirnya sampai ke Lhokseumawe dengan sehat. Dalam perjalan
pergi dan pulang kali ini Allah mengujiku untuk bersabar dan terus mengingat
namanya. Yang terpenting adalah yakinlah apapun yang terjadi itu takdir Allah
yang paling baik untuk kita.
Ini
cerita perjalananku kali ini. Apa ceritamu? J
Bagikan
Sendiri, Membuatku Berani
4/
5
Oleh
https://nurhayatisuesa.blogspot.com/