Senin, 01 Mei 2017

Sendiri, Membuatku Berani

Part 2 (Perjalanan Pulang)
Sendiri, Mengharuskanku Berani!
~Nurhayati~



Senin, 20 Maret 2017. Setelah kegiatan Youth Adventure Day 2017 berakhir kemarin hari Minggu, langsung hari ini kembali ke Aceh. Kalau kemarin pergi sendiri, sekarang giliran pulang kami berdua (Its, jangan salah faham. Kenapa berdua? Karena bareng dengan Bang Heru (abang kelas di komunikasi). Jadi sekarang pulang sudah ada teman, gak sendiri lagi). Semalam kami pesan tiket bareng-bareng dengan pesawat Citilink, hanya sekali transit dan langsung ke KNO (medan). Peaswat kami jam 14.40 Wib akan berangkat ke Jakarta (Bandara Soetta).

Pada jam 10.00 lewat  saya naik gojek (transportasi online) dari Asrama Putri (lupa nama asramanya. Namun asrama ini khusus untuk mahasiswa/i Aceh yang kuliah di Jogya. kalau ingin tau nama asramanya apa, cari aja di goegle. Mana tau bisa di mamfaatin nanti pas ke Jogya). Jam 11.10 tiba di Bandara Adi Sucipto. Usai cek in, punya waktu sekitar 2 jam lebih untuk menunggu giliran terbang (hehe, terbangggg...). Bang Heru belum juga sampai ke bandara.

Menunggu pesawat selanjutnya, yah menunggu lagi. Menunggu di ruang tunggu sendiri begini, teringat lagi ketika pergi kemarin juga sama menunggu seperti ini saat transit di Jakarta. Apalagi kemarin siap transit, pas waktu keberangkatan lagi harus di tunda hingga 15 menit untuk keberangkatan selanjutnya, karena Pak Presiden Jokowi sedang berada di bandara untuk melakukan penerbangannya. Meski tak sempat melihat orang nomor satu di Indonesia ini secara langsung, begitulah informasi yang saya dapatkan dari pihak bandara sendiri.

Jam di tangan sudah melaju ke angka 14.30. Gate C4 sudah terbuka untuk pesawat Lion yang akan kami tumpangi. Pemeriksaan boarding pass mulai di lakukan, namun Bang Heru belum juga muncul. Berkali-kali kumenghubunginya, tapi tetap tidak bisa. Dalam hati terus bertanya, kenapa dengan Bang Heru? Kalau saja sampai ketinggalan pesawat, ia benar-benar akan ketinggalan, hingga harus melakukan pembelian tiket pesawat lain untuk keberangkatan selanjutnya. (ini bukan bus di jalan, yang bisa di berhentikan ketika kita mau berhenti. Ini bukan ojek yang bisa kita suruh tunggu sebentar hingga beberapa menit sekaligus. Ini pesawat, yang cara kerjanya beda dengan yang lain. Kalau telat, tidak ada kata tunggu baginya, parah memang, bagi kita penumpangnya, iya kan...).

Pada saat itu, tidak ada lagi harapan untuk Bang Heru. Pesawat sudah take off. Sudah meninggalkan daratan. Sedang melayang di atas awan. Seketika rasa sedih yang terus terasa (bagaimana gak sedih, pertama janji pulang bersama otomatis punya teman, gak sendiri seperti ini. Kedua, sedih karena susah, risau, gak enak perasaan, kenapa Bang Heru gak sampai juga ke bandara). Dalam hati, terus memohon, agar perjalan ini baik-baik saja dan Bang Heru juga baik-baik saja).




Ketika transit di Jakarta, langsung memasuki ruang tunggu dan mencari-cari tempat untuk cas Hp. Hampir saja lobet. Secepatnya kusambungkan Hp dengan cas, agar kehidupannya terisi. Karena ini sangat membantu dalam perjalanan pulang kali ini. Hp lah teman yang bisa menghubungkanku yang di sini dengan orang-orang yang kubutuhkan di seberang sana. Pas transit di Jakarta, barulah Bang Heru bisa di hubungi. Dan ternyata dugaan itu benar, bahwa Bang Heru ketinggalan pesawat. Namun yang bikin sedih adalah ketika Bang Heru bilang, bahwa dia mengalami sedikit kecelakaan hingga ketinggalan pesawat. Pada saat itu, saya merasakan ketakutan yang mendalam (apa semua ini pertanda buruk untuk perjalan saya, pikiran negatif karena ketakutan terus bergejolak. Apa maksud dari semua ini?).

Jantung seolah berpompa 2X lebih cepat dari biasanya. Perjalaan pulang sudah setengah kulalui. Pikiran gak karuan. Yang bikin takut lagi karena perjalanan terakhir itu akan turun di KNO pada jam 20.00 Wib, (malam-malam di Medan, sendiri lagi. Itu yang bikin ketakutan. Siapa yang gak tau keadaan Medan, apalagi malam hari. Semua tau bagaimana seramnya Medan itu). Perasaan takut terus mengantungi. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Berilah kekuatan kepada hamba? Izinkan hamba sampai dengan sehat dan selamat, Ya Rabbi? Rintihku dalam hati.

Kepulangan yang rencana ada teman, ternyata berakhir sendiri. Takdir Allah sedang menguji. Ungkapku dalam hati. Kuraih telepon tinut, seketika kutelpon Kak Nisa (kakak kelas, yang baik hati), berharap mendapatkan pencerahan yang baik darinya. Setidaknya bisa mengobati hati yang sedang sedih dan ketakutan ini. Singkat cerita Kak Nisa membantu dengan sangat baik. Memberi motivasi, sekaligus kalau nanti sampai ke Medan harus ngapain dan bagaimana, semuanya di jelaskan dengan sangat rinci, (Terimakasih Kak Rapunzel J)

Sesampainya di KNO, langsung kunaiki bus ALS yang tujuannya ke terminal Ringrut (pangkalan Putra Pelangi).  Sekarang hati ini mulai tenang. Mulai nyaman. Meski sendiri di Medan, namun kalau sudah naik bus yang tujuannya ke Lhokseumawe sudah aman. Pompa darahpun kini mulai normal (tidak seperti tadi, sampai-sampai membuat gemetar).

Karena nomor bangku di bus tidak bisa di atur seenaknya oleh penumpang, jadi harus menerima takdir untuk duduk berdekatan dengan cowok yang tidak kukenal (yang katanya akan ke Bireun). Alhamdulillah cowok itu baik. Buktinya bisa sampai ke Lhokseumawe dengan aman. Sehat. Tentram. (Terimakasih ya, abang Bireun, J).

05.00, waktu yang hampir subuh akhirnya sampai ke Lhokseumawe dengan sehat. Dalam perjalan pergi dan pulang kali ini Allah mengujiku untuk bersabar dan terus mengingat namanya. Yang terpenting adalah yakinlah apapun yang terjadi itu takdir Allah yang paling baik untuk kita.



Ini cerita perjalananku kali ini. Apa ceritamu? J





Bagikan

Jangan lewatkan

Sendiri, Membuatku Berani
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.